Thursday, May 30, 2013

Observasi di Mountainview International Christian School





Kelompok 1 : Arum, Euis, Alfiah, Ibnu, Zulfikar, Vicky

 STANDAR KOMPETENSI DAN STANDAR PEMBIAYAAN








Sekolah yang telah berdiri sekitar 30 tahun ini memiliki kurikulum yang berbeda dari sekolah-sekolah lain yang berada di Indonesia. Kurikulum yang sekolah international ini anut adalah kurikulum dari Amerika Serikat, sehingga mata pelajaran sekolah inipun berbeda dari sekolah lain yang berada di Indonesia. Mata Pelajaran disekolah ini antara lain
I.            Literature
II.            Biology
III.            Chemistry
IV.            Phisych
V.            Mathematichs Level 1 and 2
VI.            United States (USA) History
VII. World History, Language : SPanish,
Korean,Indoneisan,France,German,Latin,Italian, and Japanese.
Untuk Liburan sekolahnya sendiri mereka juga mematok liburan dari United States Of America, seperti liburan Musim panas dan sebagainya. 
Christmas break (2-3 weeks), Easter break (at least a 4-day weekend), Idul Fitri break (2-5 days), Independence Day (August 17), One week off near the middle of each semester so that boarders may go home, Occasional 3-day or 4-day weekends, summer holidays.
Siswa-Siswi disana tidak menggunakan seragam sama sekali. Mereka menggunakan pakaian bebas selama disekolah. Dan lucunya lagi, setiap pada jam istirahat tiba, orang tua dari siswa-siswi ini selalu datang kesekolah untuk menjenguk dan membawakan mereka bekal dari rumah. Mereka makan bersama di “dining room” yang dimiliki oleh sekolah internasional ini. Hal ini merupakan hal yang wajib disana. Rata-rata siswa-siswi yang bersekolah disana merupakan orang asing. Hanya sekitar 10% saja orang Indonesia yang sekolah disana. Bahasa yang wajib digunakan disana adalah bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa keseharian mereka, selain bahasa asing lain seperti Korea,German,Dan France.
Mountainview International Christian School (juga dikenal sebagai "MICS") adalah pribadi, Kristen, sekolah internasional yang berlokasi di Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia. Sekolah memiliki populasi sekitar 160 mahasiswa dan menawarkan program pendidikan dari TK sampai kelas 12.
Sekolah dimulai sebagai visi misionaris untuk memberikan anak-anak mereka pendidikan Kristen dan untuk mempersiapkan mereka untuk dunia. Pada musim gugur tahun 1981, sekolah dimulai pada kecil, menyewa rumah sebagai Jawa Tengah Inter-Misi Sekolah ("CJIMS"). Sekolah memiliki lima belas siswa dan tiga guru.
Segera jumlah siswa tumbuh, dan rumah kontrakan asli tumbuh ramai. Sekolah pindah ke rumah kedua di wilayah desa. Ketika sekolah dipindahkan, rumah asli diperbaharui sebagai asrama pertama.
Lebih banyak guru dan bahkan lebih mahasiswa datang dari berbagai negara. Pada 1986, gedung sekolah yang kedua juga menjadi tidak cukup untuk populasi siswa meningkat. Sebuah fasilitas sekolah tinggi dibangun di atas sebidang tanah sewaan tidak jauh dari gedung sekolah kedua. The SD tetap di sekolah kedua untuk sementara waktu, tapi dua tahun kemudian sebidang tanah dibeli oleh yayasan mengatur dan sebuah sekolah dasar baru dibangun untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah mahasiswa dan staf. Gedung sekolah kedua menjadi asrama kedua. Kampus sekolah yang baru dibuka pada tahun 1990.
Sejak tahun 1990, telah ada pembangunan berkelanjutan di kampus, yang telah diperluas untuk 13,5 hektar (55.000 m2). Tanah dibersihkan dan empat asrama, sekolah tinggi, lapangan sepak bola dan lintasan, auditorium, paviliun makan siang, bangunan lebih dasar, dan gym dua pengadilan telah dibangun.
Pada tahun 2002, nama sekolah diubah menjadi Mountainview Christian School International.
Pada bulan Maret 2007, MICS merayakan ulang tahun ke-25.
MICS adalah anggota dari Indonesian International Kecil Sekolah Kegiatan Konferensi, atau IISSAC. MICS berpartisipasi dalam sepak bola dan acara basket. Kolam baru-baru ini diperkenalkan tetapi partisipasi dalam acara yang tidak seperti biasa.
Pada tahun 2007, MICS menjadi tuan rumah turnamen basket IISSAC dan memenangkan tempat pertama piala untuk kedua anak laki-laki & perempuan basket. Pada tahun 2010, MICS menjadi tuan rumah turnamen basket IISSAC dan memenangkan tempat pertama piala untuk basket anak laki-laki '. Pada tahun 2011, tim basket 2012, dan 2013 MICS universitas anak laki-laki 'memenangkan tempat pertama trofi di turnamen basket IISSAC yang diselenggarakan di Bali, Bandung, dan Surabaya membuat mereka juara 4x berturut-turut.
MICS menawarkan siswa kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti klub drama dan tim tari ibadah. Acara meliputi Field Day, turnamen olahraga (sekolah-lebar serta IISSAC), Natal Concert & Bazaar, retret sekolah.
Lulusan MICS pergi ke universitas di seluruh dunia. Sebagian pergi ke Amerika Serikat, namun jumlah yang telah pergi ke universitas di Korea Selatan, Australia, Kanada, Singapura, dan Inggris. Mantan siswa sering mengunjungi sekolah sekitar lulus pada bulan Mei.
Pembiayaan tiap bulannya Rp 5.000.000 hingga Rp. 10.000.000

Observasi di Komunitas Qaryah Thayyibah




kELOMPOK 1 IPI 2010
ARUM, IBNU, EUIS, ALFIAH, VICKY DAN ZULFIKAR
STANDAR KOMPETENSI DAN STANDAR PEMBIAYAAN


Pada awalnya sekolah alternatif ini diprakarsai oleh bapak Bahrudin dengan siswa sekitar 12 orang setara SMP. Sekolah ini menampung anak-anak desa Kalibening yang berketerbatasan biaya tapi mempunyai kemauan keras untuk belajar. Tanpa ada gedung sekolah, apalagi seragam. Orang tua dari murid Qaryah Tahyyibah memberikan uang pondokan yang digunakan untuk balas jasa atas rumah seorang warga yang dijadikan untuk tempat belajar.
Sekolah alternatif ini telah menarik perhatian dari dalam negeri bahkan internasional. Mereka mandiri dalam belajar. Mereka bebas memilih hal apa yang mau mereka pelajari. Disana mereka terbiasa mempunyai prinsip kebebasan yang dapat dipercaya. Mereka sadar akan pentingnya pendidikan yang nantinya digunakan untuk membangun dan mengembangkan desa mereka.
Tujuan mereka adalah membangun desa kelahirannya. Mereka bersekolah bukan semata untuk mencari nilai, lulus dengan nilai tinggi. Apa gunanya mempunyai nilai bagus jika kenyataannya tidak bisa mengaplikasikannya di lingkungan masyarakat. Itu prinsip yang perlu ditanamkan untuk pelajar di Indonesia. Jika mampu mendapat nilai bagus maka harus ada pertanggung jawaban atas apa yang mereka pelajari. Bukan hanya sekedar formalitas dengan menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai sempurna dengan menghilangkan suatu  nilai kejujuran.
Banyak prestasi di dalam sekolah alternatif yang berprinsipkan kebebasan yang dapat dipercaya ini. Mereka mampu menerbitkan puluhan buku yang diantaranya termasuk penerbit terkemuka. Tidak hanya buku, mereka mapu memproduksi beberapa film yang diputar dan dilihat bersama-sama setiap periodenya. Mereka telah terbiasa berbicara di depan umum salah satunya Hilmy siswa berumur 15 tahun di depan 90 kepala sekolah berprestasi di Indonesia karena mampu menghasilkan karya-karya yang mengagumkan.
Bagi mereka belajar tidak perlu mempunyai uang tetapi tiap bulan mereka bayar SPP sebesar 25.000 dengan bonus internetan selama 10 jam
Jika ingin mendapatkan ijazah mereka harus mengejar sistem paket alias ijazah paket C.
Bukan dengan nilai bagus seseorang dapat menjalin kesuksesannya. Tetapi dengan niat, usaha keras, dan tanggung jawablah yang patut diperjuangkan untuk menuai kesuksesan.


Observasi di Bali Bina Insani Islamic Boarding School






Kelompok 1 IPI 2010 (Arum, Ibnu, Alfiah, Euis, Vicky dan Zulfikar


STANDAR KOMPETENSI DAN STANDAR PEMBIAYAAN.
Bali Bina Insani




Berdirinya Pondok Pesantren Bali Bina Insani tanggal 27 Oktober 1996 adalah berawal dari pendirian Pondok Yatama tanggal 27 Oktober 1991. Sejak pemuda bernama Ketut Imaduddin Djamal masuk di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathon Seloong Lombok Timur tahun 1968, jiwa pondok pesantren mulai tersemai.
  Pondok Pesantren Bali Bina Insani terletak di Desa Meliling Kecamatan Kerambitan Kabupaten   Tabanan (11 km barat Kota Tabanan, +  32 km dari kota Denpasar). Pondok Pesantren ini berdiri di  areal seluas 5700m2, dan berada di tengah-tengah masyarakat Hindu yang taat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.
Keberadaan Pondok telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat karena beberapa faktor, diantaranya faktor kesejarahan, yang tidak pernah melahirkan komplik etnis dan agamis serta faktor toleransi (tasammuh), kebersamaan dan kesetaraan (musawwah).
Para santri dan santriwati mayoritas berasal dari Propinsi Bali, tapi ada juga dari Propinsi-Propinsi lain di Indonesia, seperti dari Sumatera, Jawa, Lombok, NTT dan dulu banyak berasal dari Timtim. Jumlah santri dan santriwati saat ini 141 orang dengan 34 orang guru. Sebanyak 9 orang ustad dan 8 ustadzah sebagai guru tetap yang mendampingi dan mengkoordinir kegiatan santri selama 24 jam.
Persyaratan untuk mendapatkan Ijazah yaitu harus Hafal 30 JuzAma.
PENGAJAR
Para pengajar terdiri dari lulusan–lulusan perguruan tinggi  yang berbasis keagamaan seperti dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah dan Alumni Pondok Pesantren lainnya serta dari perguruan tinggi umum (IKIP, UNUD). Di antara para guru terdapat beberapa orang yang beragama Hindu dengan mengajarkan mata pelajaran sesuai dengan keahliannya serta mengajarkan tradisi masyarakat Bali dengan tujuan agar para santri memahami tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat sehingga komunikatif dan interaktif dengan lingkungannya. 
SISTEM
  Pondok Pesantren Bali Bina Insani mengadopsi sistem yang ada di Pondok Pesantren Darusssalam, Gontor, Darunnajah Jakarta yaitu mencoba menerapkan komunikasi sehari-hari dengan menggunakan bahasa arab dan inggris yang dibimbing langsung oleh Ustad dan Ustazah yang menguasai bidang ini. Sistem ini diterapkan agar para santri dapat mengkaji literatur klasik (kitab kuning) serta mempersiapkan mereka agar mampu memasuki pangsa kerja sebagai guide di bidang kepariwisataan mengingat Bali merupakan primadona wisatawan manca negara.
KEGIATAN
Para santri melakukan kegiatan seperti layaknya pondok-pondok pesantren di tempat lain yaitu : mulai dari jam 04.00 pagi sampai dengan jam 10.00 malam. Dalam rentang  waktu tersebut mereka mengikuti kegiatan formal  dan non formal. Kegiatan formal yaitu : menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang berada di kampus Pondok. Sedangkan yang non formal mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kepondokan yaitu : muhadoroh, muhadatsah, kepanduan (Pramuka), kajian-kajian kitab kuning serta kursus-kursus. Kursus  yang sedang dilaksanakan pada saat ini yaitu kursus otomotif kerja sama antara Pondok dan LLK Tabanan (Depnaker).           
 Kajian-kajian terhadap kitab kuning salah satunya dengan menggunakan  pengantar Bahasa Bali yaitu : membahas Kitab Attargib wat tarhib, Ta’limul Muta’allim. Ini dilakukan untuk memberikan bekal kepada santri agar mereka memahami Bahasa Bali serta tidak tercabut dari akar dan tradisi masyarakat Bali.
Dengan pembayaran untuk MTs dengan jumlah 3.660.000 dan MA 3.690.000.
Uraiannya seperti berikut:
Registrasi pembayaran sebesar 100.000
Syariah/ Bulanan I seperti SPP dan uang makan 395.000/MTs dan 425.000/MA
Alas Tidur dan Ranjang 800.000
Seragam 715.000
Meja kursi dan Almari 1.000.000
Infaq sarana dan prasarana 500.000
Biaya kesehatan setahun 150.000