Objek Penelitian : Standar Proses dan Standar Kependidikan
Tempat dan Lokasi : Komunitas Belajar Qaryah
Thoyyibah, Salatiga
Tanggal & Waktu Observasi : 14 Mei 2013, 09.00 WIB – 12.00 WIB
Narasumber :
Pak Jono (Pembina Kombel)
Fokus Penelitian : Kurikulum & Proses Pendidikan
Deskripsi Kegiatan :
Setelah
menempuh perjalan sekitar 30 menit, rombongan kami sampai di komunitas belajar
Qoryah Thoyyibah. Sederhana, adalah satu kata yang terucap dari mulut kami
setelah tiba disana. Gedung sederhana, ruangan sederhana, terpancar dari lokasi
kombel yang terletak cukup terpencil di sebuah desa yang ada di Salatiga. Kami
disambut oleh para murid yang mengabdi di komunitas belajar tersebut serta
Pembina kombel yang belakangan ini diketahui bernama Pak Jono. Kami disuguhi
berbagai sambutan, tarian serta video dokumenter yang mengenalkan profil Qaryah
Thoyibah lebih dalam. Setelah itu kami dipersilahkan untuk bertanya seputar
informasi yang ingin kami kumpulkan untuk memenuhi tugas KKL JIAI 2010.
Data
yang Didapat :
Kurikulum
Versi “Qaryah Thoyibbah”
Jika
biasanya kurikulum dibuat oleh para guru atau pendidik, tetapi kurikulum satu
ini dibuat oleh para murid sesuai dengan kebutuhannya. Kurikulum seperti ini diterapkan
di salah satu komunitas belajar ternama yakni Qaryah Thoyyibah yang terletak di
Salatiga, Jawa Tengah. Peserta didik disini, membuat kurikulum berbasis
kebutuhan peserta didik tersebut. Masing-masing anak memiliki kurikulum berbeda
sesuai dengan minat dan target yang dicapai. Komunitas belajar ini, terkenal
dengan strategi belajar yang berbasis “child center”.
Strategi
yang berpusat pada anak menjadi salah satu keunggulan sekaligus ciri khas yang
ditawarkan di komunitas belajar ini. Kebebasan anak dalam berkarya,
berekspresi, dan belajar sangat ditonjolkan dalam proses belajar. Anak
diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Tidak ada paksaan serta tekanan dalam belajar seperti yang selama ini dialami
murid-murid di sekolah pada umumnya.
Long life education adalah
dasar berdirinya komunitas belajar Qaryah Thoyyibah. Karena anak tidak dibatasi
belajar apapun hingga sampai kapanpun. Karena hidup adalah untuk belajar. Peran
guru tidak terlalu besar di komunitas ini, guru hanya sebagai pengarah saat
kegiatan belajar berlangsung. Bahkan, bagi mereka guru tidak hanya yang
memiliki titel, berdasi, dan berpakaian rapi. Guru bagi mereka adalah sesuatu
yang mampu memberikan mereka ilmu pengetahuan, baik itu manusia maupun alam di
sekitarnya.
Memang
sungguh menarik komunitas belajar seperti ini! Di tengah pro dan kontra akan
kualitas-kuantitas kombel ini mampu bertahan. Semoga Qaryah Thoyyibah dapat
mempertahankan eksistensi nya di tengah hiruk pikuk pendidikan di Indonesia. (Kelompok 3 IPI: Aeni, Fira, Icha, Bandi, Mely, Farah)
No comments:
Post a Comment